It's a big hooray for me since two weeks waited this book to come. Buku ini dikirim dari Mba Ranty yang baru saja ku kenal di Erasmus Huis ketika peluncuran buku Max Havelaar which apparently disappointed. Di awal bulan kemarin telah terselenggara Ubud Writers & Readers Festival 2014, kebetulan Mba Ranty dengan bahagianya of course! I will be happy as well if I were there mengunggah foto-foto ketika ia berada di sana. Dari semua foto yang ia unggah, foto-foto sampul dan sedikit cuplikan isi dari buku-buku yang ia beli sangat menarik perhatian. Yang membuatnya menarik karena buku-buku itu bukanlah buku-buku mainstream yang dijual di toko buku import mana pun. Bahkan ternyata Mba Ranty bilang, buku-buku tersebut hanya dijual di Periplus saat pesta pecinta buku itu berlangsung. My.. I can't stop myself to not to buy some of them. Jikalau kekayaanku tak pernah habis, pertama, aku pasti sudah ada di sana dan membeli satu per satu buku yang ada di sana, bahkan buku cerita bergambar anak yang penulisnya datang ke sana juga! Kedua, kalau pun aku tak bisa datang ke sana, aku bakal ngerepotin Mba Ranty untuk membelikan semua bukunya, HAHA. Ya, intinya, I will buy em all!
Sayang disayang, uangku hanya cukup untuk membeli 2 buku dari 5 buku even almost all yang Mba Ranty rekomendasikan. I fell in love at the first sight with The Last Lover by Can Xue dan itu adalah perkiraan yang tepat sekali ketika Mba Ranty bercerita bahwa sang penulis hanyalah seorang perempuan lulusan SD yang dapat membuat novel sekelas Haruki Murakami, bahkan Mba Ranty bilang "Can Xue jauh lebih bagus dari Murakami" fyi, she's one of Murakami reader who bought the special edition of Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage, you can imagine...
Aku tidak akan banyak cerita dulu tentang siapa Can Xue sekarang, simpan untuk resensi setelah aku membacanya. Seriously, I'm superdead curious!
But the most book I'm curious about is From The Mouth of The Whale by Sjón! If you know Björk then you have to know one of the song writer, Sjon. Yup, Sjón adalah pencipta beberapa lagu seperti Wanderlust dan Oceania. Again, aku tidak akan berbicara banyak dulu tentang Sjón, save the best for the last, right? Buku ini benar-benar pengalaman baru untukku, pertama karena Sjón adalah penulis yang berasal dari Islandia dan aku tidak pernah membaca satupun buku yang berasal dari pula ujung utara bumi itu as I remember. Kedua, I have never read a saga book from north European which I thought it's correlate with Vikings, dan tak pernah aku terbayangkan untuk membaca buku tentang mereka. Well, correct me if I'm wrong.
Mungkin menarik nafas dari semuanya, Women in Love by D.H. Lawrence akan sedikit menetralisir segala surrealist yang hadir dari kedua novel sebelumnya, whoops! Did I mention 'surrealist'? Sedikit memberi kata kunci haha :P Tidak harus aku jelaskan bukan siapa D.H. Lawrence? Tentu kalian sudah tau sastrawan asal Inggris Raya yang banyak mengangkat tema psikologis dalam cerita-ceritanya. Entah membaca Women in Love sebagai pembukaku terhadap D.H. Lawrence adalah keputusan yang tepat atau tidak, yang jelas dengan sepenggal kalimat 'a profound response to a whole cultural crisis' buku ini bisa menjadi salah satu landasan dari ketertarikanku mengenai cultural crisis sendiri.
And that's it.
Now I get confused
Which book I should read first?
Some of my friends told me to write a review, especially From The Mouth of The Whale.
Should I?
Let me surprise you!