Cerita Merajut


Sudah hampir 3 tahun aku merajut dan merenda. Semuanya di mulai ketika aku ingin sekali punya topi kupluk yang berbeda dari topi-topi di mall-mall grosir. Targetku? Membuat topi kupluk yang slouchy dengan motif. Sebelumnya ketika SD, aku pernah diajari merenda oleh pengasuhku. Ia mengajariku membuat kunciran rambut yang ketika itu aku lihat seperti bunga. Tidak aku teruskan sampai akhirnya di kuliah tahun kedua, aku mulai menggerakkan tanganku kembali. Membuat topi beret. Semua masalahnya ada. Dari ukuran yang terlalu kecil karena tidak paham tentang ukuran jarum dan benang, hingga kekurangan benang karena tidak paham juga dengan jenis-jenis benang dan beratnya. Mengunjungi berbagai macam toko benang dari yang menjual benang nylon Cina hingga sekarang yang menjual merino Malabrigo.

Setelah menggeluti dunia rajut (terutama knitting) dalam setahun terakhir, kini aku sudah mulai mengerti jenis-jenis benang hingga macam-macam jarum yang berbeda-beda fungsi. Februari lalu, aku memulai kelas merajut pertamaku yang dihadiri oleh 2 orang teman. Oktober besok aku akan mengadakan 6th Knitting Class setelah bulan September ini aku meliburkan diri karena satu dan lain hal. 





Sebelumnya aku tak pernah terpikirkan untuk menggeluti dunia merajut hingga saat ini. Yang aku pikirkan ketika memulainya adalah untuk menenangkan diriku dan memenuhi permintaan tanganku yang tak bisa diam. Aku menyadari keaktifan tanganku ini ketika memperhatikan buku-buku tulis atau teksku yang penuh dengan coret-coretan, dari nama gebetan hingga gambar tidak jelas. Awalnya banyak yang bilang aku punya bakat dalam dunia gambar-menggambar. Sayangnya, dunia itu sudah terlalu banyak digeluti oleh remaja masa kini yang haus akan dunia imajinasi grafis. Bosan, aku bosan. 

Entah siapa atau apa yang mencetuskan ide untuk mulai merenda (crochet) topi. Mungkin dimulai karena aku kehilangan topi beret yang aku beli di Pasar Senen. Setelah 6 bulan merenda topi, temanku menawarkan untuk menjual topi rendaku. Dari situ aku mulai menjual topi-topi hasil tanganku sendiri. Bosan dengan merenda, aku lari merajut setelah ibuku membelikan satu set SPN 3,5 mm alumunium dan 2 gulung benang berwarna biru. Karena harganya yang mahal, kami hanya sanggup membeli 2 gulung benang di toko hobi di sebuah mall. Belum mengerti stockinette, garter, ribbing, cable, lace, dan lain-lainnya. Bahkan setelah aku merajut 3 buat topi, baru aku paham bedanya motif-motif tersebut.

Keinginan untuk mengajar muncul ketika salah seorang temanku bertanya di mana aku belajar merajut. Kalau aku sombong, aku akan menjawab satu brand internet "Youtube". Ya, aku bisa bilang belajar merajut dari para ahli perajut seperti Nyonya Staci dari verypink.com atau Tuan Johny Vasquez dari newstitchaday.com, namun secara maya. Ya, kan? Selain itu pula, metode belajarku ini juga bentuk sindiran kepada para pengguna smartphone yang super cerdas namun tidak mendapatkan apa-apa selain berita dari detik yang bodoh, facebook untuk narsis, dan youtube yang digunakan untuk nonton film Korea. 

Sayangnya tidak semua orang mampu mengikuti instruksi yang diberikan dalam video dan aku menjadi sedikit gatal ingin mengajarkan mereka. Lalu Ming mengatakan mengapa tidak membuka kelas saja? Oke, bisa. Di mana? Kedai Dua Nyonya di Cikini! Setelah memberanikan diri dan bertanya tentang A dan B kepada Shifu yang sudah lebih berpengalaman dalam mengajar merajut, kelas pertama di lantai dua pun dimulai. Sekarang kedua muridku itu sudah bisa membuat topi sederhana dan dompet stockinette sederhana. 

Sekiranya begitu yang bisa aku ceritakan untuk post mengenai crafts. Setelah ini akan banyak post-post pamer work in progress dan juga done progress!